Phobia Exposure: Solusi jangka panjang mengatasi SAD (Social Anxiety Disorder)

  • Home
  • Kesehatan Mental
  • Phobia Exposure: Solusi jangka panjang mengatasi SAD (Social Anxiety Disorder)
image

oleh R. Hardyanta, dibaca: 308 kali

Saya mengalami SAD (Social Anxiety Disorder) sudah lebih dari 11 tahun, sejak saya berusia 15 tahun. Banyak orang menganggap sesorang dengan SAD akan mengalami “panic attack” saat berada di tempat umum yang ramai dengan orang. Tapi bagi saya, hal tersebut bisa menjadi lebih parah lagi. Kalau orang normal seusia saya tekanan darahnya 120/80 maka bagi saya bisa mengalami sampai dengan 170/130, mendekati seperti orang terkena serangan jantung hebat.

 

Apa yang saya alami membuat saya harus ke dokter secara teratur. Tidak ada yang percaya, kalau seusia saya yang tanpa riwayat keluarga dengan penyakit jantung, kebiasaan konsumsi alcohol dan merokok. Bertahun-tahu saya tinggal dikota besar dengan populasi yang tinggi, saya sering merasa pusing (dizzy), berkeringat diseluruh tubuh dan terganggu dengan insomnia.

 

Untuk mengatasi persoalan SAD akut, saya juga melakukan konsultasi dengan Psikiater yang banyak memberikan bantuan. Kemudian saya juga mempraktekkan sebagai solusi jangka panjang, apa yang disebut “phobia exposure”. Ini mudah dikatakan, namun sulit dilakukan. Saya memaksa diri untuk keluar rumah setiap dua hari sekali. Saya berjalan berkeliling diseputar lingkungan sejauh 10 km menggunakan “earbuds” untuk mengurangi suara-suara dari luar, mendatangi restaurant atau kafe yang relatif kosong. Sudah lebih dari satu tahun saya mengembangkan kebiasaan ini. Sejalan meningkatkan intensitas kegiatan, dua bulan terakhir saya mulai tidak menggunakan “earbuds” dan mencoba berinteraksi dengan suara dan orang-orang disekitar.

 

Penting untuk meningkatkan intensitas dari waktu ke waktu bila kamu mau mempraktekan “phobia exposure”. Saya berharap akan bisa lagi melakukan kegiatan ditengah keramaian atau melakukan perjalanan dimana banyak orang berada pada ruang berbagi yang sama.

 

Jo (anonim). Cerita ini nyata, disadur dari www.rtor.org 2021.


Kembali

Artikel Lainnya

Sejira

Skrining Kesehatan Mental: Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati!

oleh dr. Emilya Kusnaidi, SpKJ, dibaca: 413 kali

Masih banyak orang menganggap skrining atau pemeriksaan awal kesehatan mental hanya perlu dilakukan pada orang yang s... ..

Detail
image
Sejira

Depresi Atau Burn out? Ternyata Berbeda, Ini Penjelasannya

oleh dr. Emilya Kusnaidi, SpKJ, dibaca: 354 kali

Belakangan, istilah burn-out menjadi populer di kalangan masyarakat. Istilah tersebut diciptakan pada 1970-an oleh ps... ..

Detail
image
Sejira

Leaders who care about mental health, practice this strategy

oleh R. Hardyanta, dibaca: 368 kali

In the new era of the workforce, a good leader today is a leader who understands how important mental well-being is f... ..

Detail
image
SEJIRA
SEJIRA