Keluarga Toksik: Bagaimana Menanganinya?

image

oleh dr. Emilya Kusnaidi, SpKJ, dibaca: 332 kali

Keluarga adalah salah satu komponen terpenting dalam kehidupan seseorang. Keluarga adalah tempat di mana kita menemukan dukungan, cinta, dan keamanan. Namun, sayangnya, tidak semua keluarga adalah tempat yang aman dan mendukung. Ada keluarga yang toksik dan bahkan bisa memicu stres dan kecemasan. Bagaimana kita bisa menghadapi keluarga yang toksik dan memperbaiki hubungan kita dengan mereka?

 

Keluarga yang toksik adalah keluarga di mana orang-orang tersebut mengganggu dan merusak keadaan emosional, fisik, dan mental kita. Mereka dapat membuat kita merasa tidak aman, tidak diterima, dan tidak dicintai. Hubungan yang toksik dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik kita, dan dapat menyebabkan masalah seperti depresi, kecemasan, dan sakit fisik.

 

Tetapi menghadapi keluarga yang toksik bisa menjadi hal yang sulit, terutama ketika hubungan tersebut sudah berlangsung lama dan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Berikut adalah beberapa tips untuk menghadapi keluarga yang toksik dan memperbaiki hubungan kita dengan mereka.

  1. Kenali tanda-tanda hubungan yang toksik Pertama-tama, kita harus dapat mengenali tanda-tanda hubungan yang toksik. Beberapa tanda-tanda tersebut meliputi:
  • Orang-orang tersebut selalu mengejek, mengkritik, atau mencela kita
  • Mereka sering mengontrol atau mengintimidasi kita
  • Mereka cenderung meremehkan kita atau membuat kita merasa tidak berguna
  • Mereka tidak pernah mendukung atau mengakui prestasi kita
  • Mereka tidak pernah menghargai pendapat kita atau selalu memaksa kita untuk melakukan apa yang mereka inginkan.

Jika kita mengalami tanda-tanda tersebut, kemungkinan besar kita berada dalam hubungan yang toksik dengan keluarga kita.

  1. Mengidentifikasi sumber toksisitas: Setelah kita mengenali tanda-tanda hubungan yang toksik, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sumber toksisitas tersebut. Mungkin saja ada orang atau kejadian tertentu yang memicu perilaku toksik tersebut. Identifikasi sumber toksisitas dapat membantu kita memahami situasi dengan lebih baik dan memilih cara terbaik untuk mengatasi masalah.
  2. Hindari konflik: Ketika kita berhadapan dengan keluarga yang toksik, seringkali muncul keinginan untuk melawan atau menghadapi mereka secara langsung. Namun, ini justru dapat memicu konflik yang lebih besar. Sebaliknya, hindari konflik dan fokus pada diri sendiri. Jangan memberi mereka kesempatan untuk melukai kita lebih dalam.
  3. Ambil waktu untuk diri sendiri: Menghadapi keluarga yang toksik bisa sangat melelahkan dan membuat kita mudah stress. Ambil waktu untuk diri sendiri dan hindari bertemu dengan mereka jika kita merasa tidak siap. Jangan terlalu memaksa diri untuk menyelesaikan masalah jika kita tidak siap

 

Ketika kita merasa marah atau terluka oleh keluarga toksik, mudah untuk membalas dendam atau memperburuk situasi. Namun, hal ini hanya akan membuat situasi menjadi lebih buruk dan merugikan kesehatan mental kita. Utamakanlah kesehatan mental anda, carilah bantuan bila anda merasa mengalami gangguan kesehatan mental. Salam sehat jiwa!


Kembali

Artikel Lainnya

Sejira

Kuesioner Cek Gejala Sehat Mental dengan Symptom Check List (SCL-90)

oleh Roman, dibaca: 1027 kali

SCL-90 atau The Symptom Check List 90 adalah kuesioner untuk mengukur beberapa dimensi gejala gangguan yang mungkin d... ..

Detail
image
Sejira

These are 5 Ways; digital drawing art could be a solution for Gen-Z to deal with & manage their mental health challenges

oleh R. Hardyanta, dibaca: 128 kali

Despite increased conversations around mental health in recent years and among Gen-Zers, many still cannot access ade... ..

Detail
image
Sejira

Kapan Perlu Berkonsultasi Kesehatan Jiwa?

oleh dr. Emilya Kusnaidi, SpKJ, dibaca: 317 kali

 

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik sehingga harus mendapatkan penanganan yang tepat. K... ..

Detail
image
SEJIRA
SEJIRA