Kurang Piknik dan Dampak Negatif Bagi Jiwa Raga
oleh dr. Emilya Kusnaidi, SpKJ, dibaca: 504 kali
Dalam dunia yang semakin sibuk dan terhubung secara digital, kita seringkali merasa terjebak dalam rutinitas sehari-h... ..
oleh R. Hardyanta, dibaca: 369 kali
Saya mengalami SAD (Social Anxiety Disorder) sudah lebih dari 11 tahun, sejak saya berusia 15 tahun. Banyak orang menganggap sesorang dengan SAD akan mengalami “panic attack” saat berada di tempat umum yang ramai dengan orang. Tapi bagi saya, hal tersebut bisa menjadi lebih parah lagi. Kalau orang normal seusia saya tekanan darahnya 120/80 maka bagi saya bisa mengalami sampai dengan 170/130, mendekati seperti orang terkena serangan jantung hebat.
Apa yang saya alami membuat saya harus ke dokter secara teratur. Tidak ada yang percaya, kalau seusia saya yang tanpa riwayat keluarga dengan penyakit jantung, kebiasaan konsumsi alcohol dan merokok. Bertahun-tahu saya tinggal dikota besar dengan populasi yang tinggi, saya sering merasa pusing (dizzy), berkeringat diseluruh tubuh dan terganggu dengan insomnia.
Untuk mengatasi persoalan SAD akut, saya juga melakukan konsultasi dengan Psikiater yang banyak memberikan bantuan. Kemudian saya juga mempraktekkan sebagai solusi jangka panjang, apa yang disebut “phobia exposure”. Ini mudah dikatakan, namun sulit dilakukan. Saya memaksa diri untuk keluar rumah setiap dua hari sekali. Saya berjalan berkeliling diseputar lingkungan sejauh 10 km menggunakan “earbuds” untuk mengurangi suara-suara dari luar, mendatangi restaurant atau kafe yang relatif kosong. Sudah lebih dari satu tahun saya mengembangkan kebiasaan ini. Sejalan meningkatkan intensitas kegiatan, dua bulan terakhir saya mulai tidak menggunakan “earbuds” dan mencoba berinteraksi dengan suara dan orang-orang disekitar.
Penting untuk meningkatkan intensitas dari waktu ke waktu bila kamu mau mempraktekan “phobia exposure”. Saya berharap akan bisa lagi melakukan kegiatan ditengah keramaian atau melakukan perjalanan dimana banyak orang berada pada ruang berbagi yang sama.
Jo (anonim). Cerita ini nyata, disadur dari www.rtor.org 2021.
oleh dr. Emilya Kusnaidi, SpKJ, dibaca: 504 kali
Dalam dunia yang semakin sibuk dan terhubung secara digital, kita seringkali merasa terjebak dalam rutinitas sehari-h... ..
oleh R. Hardyanta, dibaca: 550 kali
Kelelahan pasti dialami setiap orang. Namun beberapa orang terkadang tidak menyadari kalau sedang mengalami Lelah Men... ..
oleh dr. Emilya Kusnaidi, SpKJ, dibaca: 385 kali
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik sehingga harus mendapatkan penanganan yang tepat. K... ..