Peduli Sehat Mental adalah Sikap Preventif (Pencegahan)

  • Home
  • Gaya Hidup
  • Peduli Sehat Mental adalah Sikap Preventif (Pencegahan)
image

oleh R. Hardyanta, dibaca: 25 kali

Mengapa preventif & bagaimana cara mempraktekannya setiap hari

 

Kehidupan banyak anak muda usia 20an sampai usia dewasa yang masih produktif berjalan dengan cepat dan sangat menuntut kesiapan diri; jam kerja yang panjang, kebisingan digital yang konstan, tuntutan performa, ekspektasi sosial dan tanggung jawab finansial. Dengan gaya hidup yang sibuk seperti ini, kesehatan mental masih dan sering dianggap sebagai kondisi darurat sakit atau gangguan jiwa; sesuatu yang baru akan dipikirkan atau ditangani bila sudah mengalami kelelahan fisik, mental & stress kronis (burnout) atau kelelahan emosional.

 

Namun, kenyataan sebenarnya adalah: kesehatan mental adalah kesadaran kesehatan yang bersifat preventif. Peduli sehat mental bukanlah suatu reaksi terhadap kondisi gangguan mental atau jiwa, namun adalah dasar utama kesadaran kesehatan. Peduli sehat mental bukanlah memperbaiki krisis kesehatan mental atau gangguan kejiwaan, namun tentang membangun kekuatan & ketangguhan sebelum krisis terjadi.

 

Sama halnya, dengan seseorang yang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga, dengan tujuan untuk memperkuat tubuh; melakukan kebiasaan sehat mental tujuannya adalah memperkuat pikiran sehingga menjadi seseorang yang tetap produktif, mampu berkonsentrasi pada apa yang sedang dikerjakan, memiliki kreativitas dan mempunyai keseimbangan emosional dalam menghadapi tuntutan kehidupan modern.

 

Berikut ini ada 5 praktik utama untuk membantu membangun kekuatan dan ketangguhan mental, sama halnya dengan memelihara dan menjaga kesehatan fisik.

 

1. Bangun kebiasaan sehat mental yang baik setiap hari

Kebanyakan orang sering meremehkan kekuatan sebuah rutinitas yang kecil. Banyak yang berpikir bahwa kesejahteraan mental membutuhkan sesuatu yang besar; seperti terapi, mengikuti kelas meditasi, aktivitas khusus luar ruang atau retreat. Namun kenyataannya, kekuatan mental tumbuh dari kebiasaan sederhana yang dilakukan setiap hari. 

 

Seperti apa kebiasaan sehat mental itu?

  • Melakukan rutinitas tidur yang konsisten pada malam hari, bahkan di akhir minggu. Otak akan memproses kadar stres dan emosi selama tidur termasuk me-restorasi sel-sel tubuh yang rusak. Tidur yang memadai, antara 7 sampai 9 jam untuk dewasa muda sampai dewasa sangat kritikal untuk pengaturan suasana hati (mood) dan ketangguhan emosi (emotional resilience).
  • Aktivitas fisik dan kesehatan mental itu sangat erat kaitannya. Kegiatan fisik yang baik dan rutin akan melindungi pikiran. Atau paling tidak melakukan aktivitas fisik yang ringan, seperti berjalan kaki selama 10-15 menit. Dengan aktivitas fisik, tubuh akan melepaskan hormon endorphin, menurunkan hormon stres dan meningkatkan suasana hati (mood).
  • Mengatur dan membatasi penggunaan gadget digital atau terpapar dengan layar digital. Hindari untuk men-cek telepon genggam terlebih dahulu saat bangun pagi atau masih menggunakannya sesaat sebelum tidur dimalam hari. Kebiasaan ini sangat bisa diatur demi memelihara kesehatan mental.

 

Mengapa kebiasaan sehat mental penting untuk dilakukan?

Melakukan kebiasaan atau rutinitas yang baik dapat mengurangi kewalahan pikiran, menstabilkan suasana hati dan menjaga pikiran tetap jernih; sama halnya seperti saat kita men-charging gadget sebelum  baterainya habis. Melakukan kebiasaan yang sifatnya preventif dapat menjaga energi tetap stabil dan tidak turun drastis, sehingga dapat mencegah terjadinya kondisi khawatir, cemas atau depresi.

 

2. Membangun kesadaran emosional dengan baik

Ketika beban kerja sangat berat, kebanyakan orang akan mengabaikan perasaannya karena mereka mau tetap produktif. Akan tetapi, mengabaikan perasaan atau emosi hanya akan membuat stres terus bertambah secara diam-diam lalu kemudian tiba-tiba meledak dalam bentuk kemarahan atau tindakan yang irasional.

 

Ini cara-cara praktis untuk membangun kesadaran emosional:

  • Berhenti sejenak, selama 2–3 menit ditengah aktivitas untuk memeriksa keadaan emosi diri sendiri.
  • Usahakan untuk mengenali perasaan, seperti “saya merasa tegang”, “saya merasa terganggu”, “saya merasa tertekan”.
  • Identifikasi pemicunya. Apakah sebuah email? Seseorang? Tenggat waktu?
  • Coba tuliskan refleksi singkat sekali sehari untuk melacak pola kejadiannya.

 

Mengapa membangun kesadaran ini penting?

Ketika kamu bisa mengenali tanda-tanda awal stress; seperti lekas marah, kelelahan fisik, kehilangan konsentrasi, maka kamu dapat melakukan suatu tindakan pencegahan sebelum semuanya menjadi kelelahan emosional atau burnout. Kesadaran emosional ini seperti sistem peringatan dini yang melindungi produktivitas dan kesehatanmu.

 

3. Memelihara sistem dukungan sosial yang kuat

Seorang dewasa yang independen sering hanya berfokus pada kesuksesan, karir dalam pekerjaan dan tujuan hidupnya sendiri. Namun, manusia tidak didesain untuk menjalani kehidupannya sendirian. Sistem dukungan sosial yang kuat adalah salah satu bentuk kesehatan preventif yang sangat berpengaruh.

 

Bagaimana membangun jaringan dukungan sosial?

  • Tetap memiliki koneksi dengan 2 sampai 3 orang teman, saudara atau keluarga yang dipercaya.
  • Berbagi cerita kehidupan, seperti pengalaman kecil, cerita lucu dan lain-lain; bukan hanya bercerita pada saat stres saja.
  • Bergabung dengan komunitas yang seminat, seperti olahraga (jalan pagi, bersepeda, bulutangkis), hobi (musik, memancing), sukarelawan atau klub membaca misalnya.
  • Bicaralah lebih terbuka ketika sedang mengalami situasi yang sangat berat. Artinya tidak semua hal perlu disembunyikan.

 

Mengapa dukungan sosial ini penting?

Sebuah hubungan sosial akan menciptakan stabilitas emosional. Ketika hubungan dengan orang lain terjalin dengan baik dan kuat, stres akan terasa lebih ringan, solusi atas masalah akan muncul dengan cepat dan hidup menjadi lebih seimbang. Pikiran yang sehat tumbuh dari hubungan yang sehat.

 

4. Memahami dan mempelajari cara-cara efektif mengelola stres

Sebagian besar orang dewasa memperlakukan stres seperti api, hanya akan bertindak ketika sudah terjadi kebakaran. Padahal yang dimaksud dengan aktivitas preventif pada kesehatan mental berarti mempraktekkan cara kelola stres lebih dini.

Banyak orang masih kurang memahami dan tidak mempelajari tentang kesehatan mental; seperti stigma yang berlaku, pandangan tentang sehat mental antara laki-laki dan perempuan atau antara beberapa generasi berdasarkan usia, cara mengelola dan pencegahan gangguan yang lebih buruk dan persepsi-persepsi yang kurang tepat tentang kesehatan mental. Jadi sangat diperlukan untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan literasi tentang kesehatan mental.

 

Aktivitas preventif praktis yang bisa dilakukan:

  • Mengelola aktivitas yang berat agar menjadi lebih sederhana dan mudah dilakukan. Seperti: membagi tugas besar menjadi bagian kecil sehingga terasa lebih mudah untuk dikelola. Menggunakan batasan waktu untuk menghindari kewalahan atau mengambil istirahat sebentar selama jam kerja yang panjang.
  • Mempraktekkan cara atau teknik dasar dan sederhana, seperti menarik nafas dalam, berjalan sebentar 10-15 menit, melakukan stretching tubuh atau latihan menghembuskan nafas secara perlahan.
  • Menambah literasi tentang kesehatan mental, seperti membaca artikel popular, belajar dari sumber publikasi media yang terpercaya atau belajar dari ahlinya. Terlebih sekarang ini; perkembangan informasi, diskusi terbuka, wawancara, pengalaman individu; banyak yang sudah bisa kita lihat, untuk mengambil manfaat atau mendapatkan pelajaran.
  • Belajar mengenali perbedaan antara stress sehat yang dapat memotivasi serta menambah kemampuan konsentrasi dan stres berbahaya yang dapat menguras motivasi dan menurunkan performa kerja.

 

Mengapa memahami dan belajar ini penting?

Belajar untuk mengelola stress lebih dini akan menghindari dari kejadian yang sangat mengganggu seperti menjadi depresi. Juga akan membantu untuk lebih tenang, lebih percaya diri, lebih siap menghadapi banyak tekanan situasi. Dengan demikian motivasi dan produktivitas akan terus meningkat.

 

5. Melakukan deteksi dini dan mencari dukungan professional, sebagai bagian dari sikap preventif

Sama seperti halnya semua orang yang melakukan pemeriksaan fisik (medical check-up) sebagai bagian dari kesehatan fisik, yang dilakukan secara rutin, demikian juga seharusnya tindakan deteksi atau pemeriksaan dini tanda-tanda stres perlu dilakukan. Layanan pemeriksaan dini atau skrining awal sudah banyak tersedia di berbagai pusat layanan kesehatan.

Melakukan konsultasi dengan professional, misalnya ahli psikologi atau dokter psikiatris bukanlah suatu kelemahan atau karena sedang sakit gangguan mental, namun itu adalah tanda kesadaran diri dan bentuk tanggung jawab.

 

Seperti apakah aktivitas preventif & deteksi dini yang bisa dilakukan?

  • Menemui seorang professional untuk berkonsultasi, ketika tanda-tanda stres mengalami pola yang berulang, agar dapat memahami dengan lebih baik.
  • Deteksi dini secara mandiri; dengan memperhatikan, mengevaluasi dan menulis tanda-tanda yang dialami. Sehingga memiliki semacam catatan (record) gejala yang dialami.
  • Menggunakan kuesioner mandiri yang dapat membantu diri sendiri mengenali tanda-tanda yang dialami melalui pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur. Cara ini akan bermanfaat bagi mereka yang cukup paham dan mengerti tentang tujuan dan manfaat kuesioner mandiri.
  • Melakukan “mental health check-in” secara medis, yakni wawancara dengan dokter serta pemeriksaan pendukung yang diperlukan.
  • Mempelajari dan mempraktekkan cara-cara efektif yang diberikan oleh profesional dalam mengelola stres atau menggunakan anjuran terapi sebagai pemeliharaan kesehatan bukan situasi darurat.

 

Mengapa deteksi dini penting dilakukan?

Bagi mereka yang secara aktif melakukan deteksi dini atau mencari dukungan profesional, umumnya akan lebih tangguh, lebih mampu berkonsentrasi dengan baik, lebih mampu dalam memecahkan masalah dan mencari solusi serta memiliki kemampuan lebih baik dalam menavigasi lingkungan dengan tekanan dan tuntutan yang tinggi.

 

Rangkuman.

Ini adalah sebuah transformasi pola berpikir tentang kesehatan mental. Mengelola kesehatan mental sebagai kesehatan preventif, memiliki arti bahwa:

  • Setiap orang tidak perlu sampai harus mengalami kelelahan emosional atau burnout sehingga mengganggu kehidupan personal.
  • Setiap orang tidak harus sampai mengalami stres emosional yang parah atau mengalami depresi sehingga berdampak buruk bagi hubungan dengan orang lain dan kehidupan sosial.
  • Setiap orang juga tidak perlu menunggu sampai dampak gangguan emosional menghilangkan motivasi, menurunkan produktivitas sehingga mengganggu daya dukung kehidupan (finansial).

 

Bangunlah kebiasaan hidup sehat mental, saat masih mampu untuk melakukannya agar tetap kuat, tangguh, hidup seimbang, tetap produktif dan memiliki kendali atas kehidupan diri sendiri.

Kesehatan mental bukanlah sesuatu yang khusus sehingga perlu upaya besar untuk mengelolanya atau sebaliknya suatu kekhawatiran yang harus dihindari. Kesehatan mental adalah keterampilan hidup, semakin dini keterampilannya dipahami dan dipraktekkan maka akan berdampak baik bagi kehidupan dan kesejahteraan.

 


Kembali

Artikel Lainnya

Sejira

Inilah 3 kebiasaan hidup orang yang memelihara kesehatan mentalnya dengan baik

oleh R. Hardyanta, dibaca: 106 kali

Ada beberapa perilaku dan sikap yang bisa menunjukkan bahwa seseorang sedang memelihara dan menjaga kesehatan mentaln... ..

Detail
image
Sejira

Karya Seni NFT Sebagai Media Untuk Meningkatkan Kesadaran Tentang Kesehatan Mental

oleh R. Hardyanta, dibaca: 213 kali

Manfaat bagi semua orang yang peduli, terlebih bagi para artis kreator, komunitas, dan pendukung kepedulian t... ..

Detail
image
Sejira

Menjaga Pola Tidur Sehat Selama Bulan Ramadan

oleh dr. Emilya Kusnaidi, SpKJ, dibaca: 599 kali

 

Bulan Ramadan seringkali diidentikkan dengan pola tidur yang tidak teratur karena umat Muslim harus bangun... ..

Detail
image
SEJIRA
SEJIRA